Top-Down vs Bottom-up di kalangan ahli manajemen menjadi hal yang cukup sering dibahas. Ada berbagai macam pendapat yang bertebaran dan mewarnai dua hal ini.
Berbagai macam pendapat tersebut muncul karena pendekatan dua hal ini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dua pendekatan komunikasi ini sering digunakan untuk melakukan koordinasi perusahaan sehari-hari.
Walaupun demikian, tidak sedikit perusahaan yang belum memahami keseluruhannya dengan tepat, maupun menggunakannya dengan tepat serta efektif.
Mengenal Top-Down
Tentu saja kita tidak bisa membandingkan dengan baik jika tidak mengenal pengertiannya. Untuk komunikasi dengan bentuk Top-Down, bentuk komunikasi secara internal ini mempergunakan struktur hierarki.
Seringnya, bentuk komunikasi Top-Down dilakukan dari atasan ke bawahan. Di dalam komunikasi Top-Down, informasi dari pejabat paling tinggi perusahaan akan disaring sampai ke karyawan dengan menggunakan struktur manajerial perusahaan.
Semua jenjang manajerial nantinya akan mempelajari berbagai macam informasi dari paling atas atau perintah dan diteruskan ke seluruh tingkatan relevan di dalam sebuah organisasi. Tentunya, ada berbagai macam faktor agar komunikasi menggunakan bentuk ini dapat berjalan dengan lancar.
Untuk melakukan pola komunikasi Top-Down, faktor yang harus dipenuhi seperti kedekatan karyawan dengan perusahaan tersebut. Kemudian pesan yang disampaikan harus secara ringkas, selaras dan jelas dengan tujuan yang dimiliki perusahaan.
Selain itu, semua divisi harus dapat menghadapi serta memahami seluruh masalah yang muncul. Komunikasi dengan bentuk Top-Down ini bisa berjalan dengan lancar dengan berbagai tips seperti bersikap jujur pada lawan bicara, hingga memahami lawan bicara yang nantinya menerima pesan.
Mengenal Bottom up
Anda juga harus mengenal pengertian dari bottom-up. Kebalikan dari top-down, untuk bottom-up ini dilakukan agar atasan memperoleh masukan yang berasal dari karyawan mengenai keputusan yang nantinya dibuat.
bottom-up terjadi saat tujuan tugas sebagian besar diinformasikan umpan balik karyawan. Dalam hal ini, karyawan diminta memiliki peran untuk penetapan tujuan, apalagi peran karyawan terkadang hanya berbentuk feedback pada perusahaan.
Sayangnya, feedback ini bisa mempengaruhi perusahaan ketika ingin mengambil keputusan. Penerapan komunikasi ini bisa memberi berbagai macam keuntungan untuk perusahaan. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dengan menerapkan bentuk komunikasi tersebut berbagai macam keuntungan untuk perusahaan bisa dimiliki seperti bisa meningkatkan komunikasi di semua lingkup perusahaan, selain itu dapat membangun motivasi kerja yang sangat tinggi untuk karyawan.
Bukan hanya itu, hal ini bisa membantu perusahaan untuk merumuskan seperti apa solusi yang efektif serta tepat bagi masalah yang sekarang ini sedang terjadi. Komunikasi dengan bottom-up juga bisa meningkatkan kolaborasi karyawan dengan semua jajaran manajerial.
Top-Down vs Bottom-up yang bisa Dijadikan Pilihan
Dari top down serta bottom-up, mana yang pas dijadikan sebagai pilihan untuk mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari. Tentunya, Anda dapat menggunakan dua bentuk komunikasi ini secara bersamaan tanpa perlu abai pada salah satunya.
Agar bisa menentukan mana bentuk yang paling efektif di sebuah situasi, Anda harus melakukan berbagai macam pertimbangan seperti, jika Anda merupakan atasan, apakah Anda sudah melakukan komunikasi secara terbuka dengan tim yang Anda miliki.
Atau, apakah Anda sekarang ini merasa terhubung dengan misi, visi atau tujuan dari bisnis perusahaan. Entah bertindak sebagai atasan maupun bertindak sebagai bawahan.
Kemudian Anda juga harus mengetahui seberapa besarnya rasa kepemilikan yang dirasakan pada perusahaan. Terakhir, apakah budaya perusahaan memberikan dukungan agar bisa melakukan bentuk atau pola komunikasi tersebut.
Hal-hal ini harus menjadi perhatian. Jika sudah mempertimbangkannya, Anda dapat menentukan mana bentuk yang paling tepat bagi tim. Bila tujuan bisnis di perusahaan lebih mementingkan posisi pasar dibandingkan dengan pesaing tentu pola top down bisa menjadi pilihan.
Namun, pola seperti top down bisa dilakukan jika Anda memiliki posisi sebagai atasan sekarang ini. Bila Anda memiliki posisi bukan sebagai seorang atasan, pola seperti bottom-up menjadi pilihan yang sangat efektif serta memberikan dampak tersendiri.
Sehingga, intinya baik top down maupun bottom up, sama-sama bisa memberikan efek tersendiri. Anda bahkan bisa menggunakan dua bentuk dari komunikasi tersebut sesuai dengan kondisi, situasi serta kebutuhan yang Anda miliki. Sehingga tidak perlu membandingkan top-down VS bottom-up.
Leave Comment
Your email address will not be published, Required fields are marked