Pada kesempatan ini kita akan membahas Memimpin Lintas Generasi. Pada mulanya, saya merupakan pegawai bank yang telah saya jalankan dalam waktu yang cukup lama. Namun saat saya mengikuti pelatihan mengenai pengembangan diri yang dikenal dengan 7 habits, maka hal tersebut mulai membuat saya tertarik dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Bukan hanya sekedar tertarik saja, saya juga mulai terjun ke bidang pengembangan SDM ini. Bahkan setelah saya memutuskan untuk resign dari salah satu bank tempat saya bekerja hingga hampir 20 tahun lamanya, saya memutuskan untuk terjun ke bidang pengembangan diri ini.
Salah satu kepuasan yang saya dapatkan dari bidang pengembangan SDM ini yaitu saat melihat orang lain terinspirasi dan juga bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, sesaat setelah mengikuti course yang saya selenggarakan. Materi yang akan saya bahas kali ini yaitu mengenai bagaimana seorang pemimpin bisa melihat setiap perbedaan dari semua anggota timnya, yang berasal dari berbagai generasi yang berbeda.
Materi ini ditujukan bagi Anda yang berprofesi sebagai supervisor, asisten Manajer, maupun pemimpin yang baru saja menjalani peran tersebut, dan mulai merasa heran dengan adanya perbedaan persepsi, gaya, dan perbedaan lainnya yang berasal dari setiap anggota tim Anda, yang berasal dari lintas generasi yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, materi Memimpin Lintas Generasi membahas bukan hanya mengenai cara menghargai setiap perbedaan tersebut, namun justru mengenai cara untuk memanfaatkannya. Sehingga hal tersebut bisa menumbuhkan produktivitas yang tinggi di setiap diri anggota tim. Saya Reza Soedomo, ikuti kelas saya di Codemi Learning Hub.
Sejarah Lintas Generasi
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang Memimpin Lintas Generasi ini, ada sejumlah studi yang membahas mengenai hal itu. Dimana sejarah lintas generasi terbagi ke dalam 2 kategori, yaitu generasi yang lahir sebelum tahun 2000 dan juga generasi yang lahir setelah tahun 2000.
1. Klasifikasi Awal
Untuk generasi yang lahir sebelum tahun 2000 terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu:
- Generasi yang lahir sebelum tahun 1943, dikenal sebagai generasi tradisionalis atau pembangun (builder)
- Generasi yang lahir antara tahun 1944-1964, dikenal dengan generasi baby boomer
- Generasi X yang lahir antara tahun 1965-1984
- Generasi Y, yang lahir antara tahun 1984-2005, serta
- Generasi Z (milenial) yang lahir setelah tahun 2005
Pada mulanya, perbedaan setiap generasi tersebut berlaku dalam setiap 20 tahun sekali. Namun karena perkembangan zaman dirasa semakin pesat, maka setiap generasi tersebut berlangsung dalam setiap 10 tahun sekali. Dengan kata lain, setelah munculnya generasi X, kemudian muncul generasi Z yang dikenal sebagai generasi milenial.
2. Klasifikasi Setelah Tahun 2000
Meskipun dalam klasifikasi awal telah ditentukan mengenai lintasan dari setiap generasi, namun karena adanya tuntutan zaman, memungkinkan peneliti kemudian melakukan pembagian ulang mengenai cara Memimpin Lintas Generasi ini, yang akhirnya menyimpulkan bahwa:
- Generasi tradisionalis yaitu yang lahir sebelum tahun 1943. Pada umumnya, generasi ini lahir pada saat Perang Dunia II (PD II). Dengan demikian, mereka pada umumnya merasa trauma terhadap peperangan. Sehingga saat mereka memilih pemimpin, mereka akan percaya sepenuhnya pada pemimpin tersebut, bahkan bersikap loyal (setia)
- Generasi baby boomer, merupakan generasi yang lahir setelah tahun 1943 hingga tahun 1964. Dimana pada masa ini, mulai muncul teknologi baru berupa televisi. Dengan demikian, setiap informasi yang diperoleh oleh sebagian besar generasi ini berasal dari televisi
- Generasi X diwakili oleh orang-orang yang lahir antara tahun 1965 hingga tahun 1981. Di masa ini, mereka memperoleh informasi dan melakukan pekerjaannya dengan mengandalkan komputer
- Berbeda dengan klasifikasi awal, pada klasifikasi setelah tahun 2000 ini, generasi Y dan Z kemudian digabungkan menjadi generasi milenial. Bahkan orang-orang yang lahir di tahun 1979, 1980 dan juga 1981 mulai dikategorikan kepada generasi milenial tahap awal. Di masa ini, setiap edukasi ditampilkan dalam bentuk entertainment (edutainment). Hal ini bisa terlihat dari penggunaan gadget yang mendominasi kehidupan sehari-hari dari generasi ini. Bahkan mungkin mempengaruhi 2 generasi sebelumnya, yaitu generasi baby boomer dan juga generasi X
Titik-Titik Rawan Konflik
Dengan adanya perbedaan generasi ini, dalam praktik Memimpin Lintas Generasi memungkinkan adanya perbedaan dalam pola pikir dan perilaku, jika semua generasi tersebut berada di lingkungan kerja yang sama. Dimana sejumlah perbedaan tersebut bukan tak mungkin akan menjadi titik-titik yang rawan terhadap sejumlah konflik. Beberapa titik rawan yang dimaksud yaitu:
1. Menghormati Orang Lain
Titik rawan konflik yang pertama yang biasa terlihat dari setiap generasi dalam Memimpin Lintas Generasi yaitu cara mereka dalam menghormati orang lain. Dimana setiap generasi ini memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghormati dan memberikan respect pada orang lain. Cara tersebut diantaranya:
- Generasi tradisionalis. Karena mereka lahir di era Perang Dunia II, maka biasanya mereka akan respect pada pemimpinnya. Terutama pada pimpinan militer. Cara menghormati pemimpin yang mereka lakukan yaitu dengan bertindak loyal, dan mematuhi setiap perintah atasan/pimpinan
- Generasi baby boomer. Pada umumnya, generasi ini lahir saat televisi baru muncul, yang memungkinkan mereka menjadi pribadi yang tangguh dan pekerja keras. Dengan kata lain, mereka akan menghormati orang lain dengan cara bekerja keras. Bahkan mereka akan respect pada orang-orang yang bekerja keras seperti dirinya
- Generasi X. Merupakan generasi yang lahir saat era komputer mulai berkembang. Generasi ini akan respect pada orang-orang yang memiliki kemampuan (skill) sesuai dengan posisi yang dimilikinya. Misalnya, jika seorang Manager yang mereka percayai, ternyata tidak memiliki skill layaknya seorang Manager, maka mereka akan kehilangan respect pada orang tersebut, meskipun mereka adalah seorang Manager
- Generasi Milenial. Meskipun generasi ini lahir dalam kondisi nyaman, dengan fasilitas yang diberikan orangtua mereka. Namun mereka akan merasa bangga jika mereka bisa mengajari orang tua mereka. Dengan kata lain, generasi milenial akan menghormati orang lain, bilamana orang tersebut menghormati dirinya terlebih dahulu
2. Mengambil Keputusan
Selain dalam menghormati orang lain, titik rawan konflik lainnya yang sering terlihat yaitu dalam pengambilan keputusan. Dimana dalam Memimpin Lintas Generasi, setiap generasi umumnya memiliki cara tersendiri dalam pengambilan keputusan. Antara lain:
- Generasi tradisionalis, pada umumnya akan menyerahkan pengambilan keputusan ini sepenuhnya pada pimpinan mereka
- Generasi baby boomer, pada umumnya membutuhkan prosedur dalam melakukan proses pengambilan keputusan. Namun pengambilan keputusan akhir biasanya akan diserahkan pada atasan/pimpinan
- Generasi X. Pada saat pengambilan keputusan, biasanya, generasi X akan mempercayakan hal tersebut pada seseorang yang mereka anggap ahli/mampu dalam pengambilan keputusan. Meskipun orang tersebut bukanlah seorang Manager ataupun atasan sekalipun
- Generasi milenial. Pada umumnya, pengambilan keputusan akan dilakukan secara bersama-sama, terlepas dari peran dan posisi masing-masing dalam suatu tempat kerja. Bahkan, keputusan yang diambil biasanya akan dinilai sebagai keputusan bersama, dan bukan keputusan perorangan
3. Etika Kerja
Dalam soal etika kerja, setiap generasi umumnya memiliki pandangan tersendiri mengenai hal itu. Hal ini bisa dilihat dari pandangan mereka dalam menilai jam kerja dan juga sistem lembur di tempat kerja.
- Generasi tradisionalis umumnya akan bekerja sesuai dengan jam kerja yang ditentukan. Misalnya dari pukul 8 hingga pukul 5 sore. Meskipun pekerjaan mereka belum selesai sekalipun, mereka akan menyelesaikannya di keesokan harinya. Sementara jika pimpinan/atasan membutuhkan dirinya untuk melakukan lembur, maka mereka biasanya akan menuntut upah lembur, di luar gaji
- Generasi baby boomer, pada umumnya memiliki prosedur yang sama dengan generasi tradisionalis, yaitu bekerja dari pukul 8 hingga pukul 5 sore misalnya. Hanya saja, karena generasi ini pada umumnya mengejar prestasi, maka tidak menjadi masalah bagi mereka bilamana mereka diminta untuk lembur. Bahkan mereka pada umumnya tidak terlalu perhitungan mengenai upah lembur yang akan diperoleh nantinya. Malah mereka justru akan membawa pekerjaannya tersebut ke rumah, bilamana mereka belum menyelesaikannya di waktu lembur tersebut
- Karena generasi X pada umumnya memperhitungkan tingkat kesenangan di tempat kerja. Maka bilamana mereka telah merasa nyaman dengan pekerjaannya, maka mereka tidak segan-segan untuk lembur. Bahkan mereka pun tidak pernah menuntut mengenai upah lembur yang akan diterima nantinya
- Generasi Milenial, merupakan generasi yang memandang bahwa etika kerja bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan kata lain, mereka bisa bekerja dalam 24 jam sehari, dan dalam 7 hari seminggu. Bahkan mereka tidak akan keberatan jika harus bekerja di hari libur maupun dari tempat liburan sekalipun. Oleh karenanya, mereka tidak begitu menyukai etika kerja yang mengharuskannya untuk datang ke tempat kerja setiap hari, mengharuskannya untuk melakukan absensi, dan semacamnya
Baca Juga: Fenomena Quiet Quitting Pada Gen Z
4. Hal-Hal yang Menyenangkan di Tempat Kerja
Dalam memandang hal-hal yang menyenangkan di tempat kerja, ke-4 generasi tersebut tentunya memiliki pemahaman sendiri mengenai hal itu. Dimana,
- Generasi tradisionalis memandang bahwa hal-hal yang menyenangkan hanyalah di luar jam kerja. Dengan kata lain, jika mereka ingin bersenang-senang, maka mereka perlu menyelesaikan pekerjaan dahulu
- Generasi baby boomer berpikir bahwa bekerja adalah hal yang sangat menyenangkan. Dengan demikian, mereka akan membuat hal-hal yang bisa membuat mereka nyaman selama bekerja
- Berbeda halnya dengan generasi X, yang mana generasi ini memiliki pandangan bahwa situasi ekonomi saat ini tidak memberikan kepastian bagi masa depan mereka. Dengan demikian, generasi X ini memiliki keseriusan dalam bekerja, hingga tidak lagi memikirkan hal lainnya selain bekerja. Termasuk mengenai hal-hal yang menyenangkan saat bekerja
- Sementara generasi milenial berpikir mengenai bagaimana caranya agar bekerja bisa menjadi lebih menyenangkan. Sehingga tak heran, jika generasi ini seringkali membuat tim kerja sendiri, yang dirasa bisa membuat mereka merasa lebih nyaman saat bekerja
5. Komunikasi
Selain sejumlah titik rawan konflik di atas, titik rawan konflik lainnya yang biasa terjadi dalam lintas generasi yaitu dalam melakukan komunikasi. Dimana,
- Generasi tradisionalis biasanya akan melakukan komunikasi secara langsung dan bersifat formal
- Sedangkan karena generasi baby boomer, umumnya hidup di era berkembangnya televisi dan telepon, maka biasanya proses komunikasi akan dilakukan via telepon
- Sementara untuk generasi X, proses komunikasi ini dilakukan via sms, BBM, hingga whatsapp
- Untuk generasi milenial, pada umumnya mereka akan melakukan komunikasi dengan memanfaatkan kecanggihan smartphone yang mereka miliki. Salah satunya dengan menggunakan fitur video chat, maupun video call
6. Rapat
Bukan hanya terlihat dari beberapa hal diatas, letak titik rawan konflik lainnya yang biasa terjadi dalam setiap lintas generasi yaitu saat melakukan rapat/meeting. Titik rawan tersebut antara lain:
- Saat generasi tradisionalis memandang bahwa rapat adalah bersifat pengumuman. Dimana atasan memberikan pengumuman, dan anggota tim hanya mendengarkan
- Hampir sama dengan generasi sebelumnya, generasi baby boomer juga menganggap bahwa saat rapat, anggota tim hendaknya mendengarkan apa yang disampaikan oleh atasan. Hanya saja, menurut generasi ini, rapat bukan hanya sekedar pengumuman saja, melainkan sebuah cara untuk mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi
- Sementara bagi generasi X, rapat merupakan hal yang urgent. Sehingga jika memang tidak terlalu penting, maka rapat tidak harus dilakukan, namun bisa di-update melalui email maupun whatsapp saja
- Berbeda dengan generasi X, generasi milenial menganggap bahwa rapat adalah hal yang membosankan. Sehingga jika memang harus dilakukan, mereka menginginkan bahwa rapat/meeting tersebut merupakan ajang untuk mengembangkan ide kreatif yang mereka miliki
7. Kebijakan
Dalam memandang sebuah kebijakan/aturan, masing-masing generasi memiliki pikirannya sendiri. Antara lain:
- Generasi tradisionalis memandang kebijakan tersebut perlu dibuat oleh atasan/pimpinan, dan setiap anggota tim perlu melakukannya
- Generasi baby boomer memandang bahwa kebijakan adalah sebuah proses, yang mana dalam pembuatannya diperlukan diskusi. Sehingga nantinya bisa dipatuhi secara bersama-sama
- Sementara generasi X menilai bahwa kebijakan bersifat situasional. Bahkan ada beberapa diantaranya yang memiliki pandangan bahwa kebijakan dibuat hanya untuk dilanggar. Dengan kata lain, kebijakan bagi generasi ini bisa saja dibuat, namun secara lebih fleksibel
- Hal ini berbeda dengan generasi milenial yang berpikir bahwa kebijakan dibuat haruslah didasarkan untuk kepentingan bersama, dan bersifat fleksibel
8. Etika Berbusana
Dalam berbusana, generasi tradisional cenderung lebih formil, dan terbiasa berbusana rapi. Mereka tidak pernah lupa untuk memakai dasi dan juga jas kerja. Sementara untuk generasi baby boomer, selama etika berbusana tersebut bisa mempengaruhi prestasinya, maka mereka tak segan untuk mematuhi aturan berpakaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini jauh berbeda dengan generasi X, yang menganggap bahwa etika berbusana haruslah fleksibel. Dalam arti, jika cuaca panas, maka anggota tim bisa memakai pakaian yang sesuai dengan cuaca saat itu, dan tidak harus formil. Sedangkan bagi kaum milenial, yang terpenting adalah prestasi. Sehingga jika prestasi seseorang sudah terlihat baik, maka apapun pakaian yang dikenakan, tidak akan menjadi masalah.
9. Loyalitas
Bagi seseorang yang lahir di era generasi tradisionalis, pindah kerja merupakan hal yang tabu. Hal ini juga didukung oleh pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa pindah kerja memungkinkan orang tersebut masuk ke dalam daftar hitam (blacklist) perusahaan.
Begitu juga dengan generasi baby boomer. Namun khusus untuk generasi ini, jika memang perusahaan tempatnya bekerja kali ini menerapkan aturan/kebijakan baru yang dirasa tidak sesuai dengan keinginan, maka mereka bisa saja pindah kerja, bila memungkinkan.
Bagaimana dengan generasi X? Generasi ini lebih fleksibel dalam memandang loyalitas di tempat kerja. Dalam arti, jika perusahaan tempatnya bekerja tidak memberikan apa yang diinginkan, maka mereka bisa pindah kerja dengan mudah. Sementara generasi milenial menganggap bahwa pindah kerja merupakan cara untuk melakukan sesuatu yang baru. Hal ini dikarenakan, generasi ini tidak menyukai hal-hal yang monoton.
10. Pelatihan atau Pengembangan Diri
Generasi tradisionalis dalam materi Memimpin Lintas Generasi menganggap bahwa pelatihan dan pengembangan diri hanya diperoleh di universitas saja, dan bukan di perusahaan. Sementara generasi baby boomer menganggap bahwa pelatihan/pengembangan diri haruslah diberikan oleh perusahaan, mengingat prestasi dan kerja keras yang dilakukannya selama ini untuk perusahaan.
Hal ini berbeda dengan generasi X yang merasa insecure dengan masa depannya. Sehingga jika perusahaan tempatnya tidak memberikan pelatihan/pengembangan diri seperti yang diinginkan, maka mereka bisa saja pindah kerja dengan tiba-tiba.
Sedangkan generasi milenial biasanya akan mencari pelatihan/pengembangan diri sendiri, bilamana perusahaan tempatnya bekerja tidak memberikan pelatihan/pengembangan diri tersebut. Hanya saja, loyalitas generasi ini kepada perusahaan mungkin akan menghilang seiring dengan tidak diberikannya pelatihan oleh perusahaan tersebut.
11. Masukan
Dalam menerima masukan (feedback), generasi tradisionalis menganggap wajar jika atasan menegurnya bilamana mereka melakukan kesalahan. Begitu juga dengan generasi baby boomer. Mereka akan menerima masukan dari atasan, atas kesalahan yang mereka lakukan. Persamaan dari kedua generasi ini dalam menerima masukan yaitu, keduanya hanya ingin menerima masukan secara langsung dan tertutup, dan tidak boleh dilakukan di depan umum.
Hal ini sangat berbeda dengan generasi X dan generasi milenial. Dimana keduanya bersedia menerima masukan secara instan. Hanya saja, jika generasi X tidak menginginkan masukan secara periodik, dan hanya di waktu-waktu tertentu saja. Maka generasi milenial akan lebih senang, jika masukan yang diberikan dilakukan melalui aplikasi, ataupun dilakukan dengan memberikan skor. Layaknya saat mereka menggunakan gadget ataupun saat sedang bermain game.
12. Mengatasi Potensi Konflik
Setelah mengetahui 11 titik rawan konflik diatas, maka kini saatnya bagi pemimpin dalam Memimpin Lintas Generasi untuk mengatasi ataupun meminimalisir potensi konflik yang akan dan tengah terjadi. Dimana dalam pencarian solusi tersebut, pimpinan hendaknya memikirkan mengenai potensi bisnis dan juga preferensi pribadi.
Misalnya jika anggota tim kita merupakan generasi milenial yang mana sebelum berangkat kerja menggunakan sepatu, namun saat di tempat kerja, mereka menggantinya dengan sandal, atau malah nyeker, maka Anda bisa mempertimbangkan apakah hal tersebut akan mempengaruhi bisnis perusahaan atau tidak.
Misalnya jika dia seorang marketing, apakah pantas saat berhadapan dengan konsumen, dia hanya memakai sandal jepit atau malah nyeker? Dan bagaimana jika dia adalah seorang office boy, yang seharian hanya di kantor dan tidak bertemu banyak orang?
Selain melihat dari segi bisnis, maka Anda juga bisa mengatasi konflik tersebut dari segi preferensi Anda pribadi. Misalnya jika anggota tim tersebut sering berhadapan dengan konsumen dan klien yang lain, maka tentunya menggunakan sepatu akan lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan sandal jepit.
Berbeda halnya saat mereka berada di kantor, dan tidak sedang bertemu dengan klien ataupun konsumen. Anda bisa membiarkannya, bilamana mereka menginginkan untuk memakai sandal jepit saja.
Memperlakukan Setiap Generasi Sebagai Manusia Seutuhnya
Untuk mengatasi setiap perbedaan antar lintas generasi tentunya dengan memperlakukan setiap generasi tersebut sebagai manusia seutuhnya. Termasuk diantaranya yang bisa dilihat dari tingkat keterlibatannya dalam sebuah organisasi/perusahaan. Simak Memimpin Lintas Generasi lebih banyak hanya di Codemi Learning Hub.
Leave Comment
Your email address will not be published, Required fields are marked